Selasa, 06 Maret 2012

Bobotoh, Hidayah Terindah Supporter Indonesia





 Terkadang sempat terpikir betapa meruginya diri penulis andai tidak dibesarkan di Bandung dan mengenal apa itu Persib. Ya, beruntunglah kawan-kawan kita semua yang telah mendapat “hidayah” menjadi seorang bobotoh Persib. Tak dapat dipungkiri, itulah salah satu karunia terindah yang pernah diberikan oleh-Nya bagi mereka yang merasakannya.

Mengapa menjadi bobotoh begitu istimewa dan luar biasa? Bukankah sama saja dengan mereka yang mengaku dirinya Jakmania, Aremania, Persikmania, Viola dll. Dengan lantang dan tegas, mereka yang merasa dirinya bobotoh akan menjawab," beda!." Jika kita kaitkan dengan kata "hidayah" di atas, tidak ada rekayasa dan muncul tanpa paksaan, maka dalam konteks ranah fanatisme murni suporter sepakbola tentang kecintaan terhadap klub, akan sangat mudah kita arahkan kepada Persib dan bobotohnya.

Jauh sebelum lahirnya kelompok suporter bernama Viking (yang konon total anggotanya mencapai 50.000 orang), Persib telah dikenal memiliki begitu banyak pendukung fanatik yang tersebar terutama di Jawa Barat. Pada pertandingan final Kompetisi Perserikatan 1985 Persib melawan PSMS, Stadion Senayan yang berkapasitas 120.000 tempat duduk tak mampu membendung suporter Persib yang datang ke sana mencapai sekitar 140.000 orang. Penonton meluber hingga pinggir lapangan.

Dalam artian jika Viking yang merupakan bagian kecil dari bobotoh saja berjumlah demikian banyak, bayangkan jumlah total bobotoh terhitung sejak Viking belum dideklarasikan pada tahun 1993. Ini berbeda dengan kelompok suporter lain yang hadir karena memang direkayasa dengan cara deklarasi, sengaja mengumpulkan massa atau bagaimanapun caranya. Biasanya suporter jenis ini pada awalnya memang berbentuk organisasi, barulah banyak anggota yang bergabung. Jika organisasi kelompok suporter ini bubar, maka dapat dipastikan tak ada lagi pendukung yang identik dengan klub bersangkutan berdomisili. Namun, tentunya ada beberapa perkecualian setidaknya untuk kota-kota yang sejak awal memang memiliki tradisi sepakbola yang mengakar dan dikenal memiliki pendukung fanatik dengan jumlah banyak, terutam sejak era Kompetisi Perserikatan seperti Medan (PSMS), Bandung (Persib), Surabaya (Persebaya), dan Makassar (PSM).

Misalkan saja, Viking terpaksa bubar, tentunya yang namanya bobotoh akan tetap ada dan siap membirukan stadion saat Persib berlaga. Begitupun pula jika Persebaya Fans Club, Fazters ataupun YSS gulung tikar, yang namanya "Bonek" tentunya tetap banyak dan selalu ada untuk mewarnai langkah Persebaya. Hal yang sama berlaku andai saja KAMPAK di Medan ataupun Maczman di Makasar lenyap dari bumi nusantara, suporter-suporter alami dan simpatisan mereka yang fanatik tetap akan selalu ada seperti era Perserikatan dulu.

Menjadi bobotoh memang seakan menjadi takdir dan dorongan alami saat seseorang melihat ayah, kakek, atau lingkungan sekitar begitu kental dan selalu membicarakan tentang sepak terjang "sang idola", Persib Bandung. Bahkan sulit menceritakan kapan persisnya seseorang jatuh hati kepada Persib, karena rasa itu seakan hadir dan melekat secara alamiah dalam perjalanan hidup seorang bobotoh.

Rasa itu hadir tanpa perlu dideklarasikan, diorganisir dan direkayasa dalam segala keterikatan formal. Jika saja saat ini muncul kelompok suporter seperti Viking, toh itu hanya kebutuhan saja, karena jumlah anggota dan banyak hal yang perlu distrukturisasi. Jauh sebelum dan tanpa itu pun, mereka tetap bobotoh yang hingga kapan pun memiliki keterikatan emosional dengan bobotoh non-Viking. Jadi bukan ketika menjadi anggota Viking seseorang dianggap menjadi bobotoh Persib, tetapi ketika yang bersangkutan mulai terpikat oleh pesona Persib.

Dapat dipastikan, sebelum bobotoh berbaju fans club, dia tentu telah menjadi seorang bobotoh. Jikalau memutuskan bergabung dengan bendera fans club itu hanyalah sebuah pilihan yang mempertimbangkan banyak faktor seperti kawan, teritorial, gaya hidup dll. Namun satu yang pasti, menjadi bobotoh bukanlah sebuah pilihan. Bobotoh adalah “hidayah”, mungkin itulah kata yang paling tepat, dalam konteks unik ala supporter tentunya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar